Suatu malam aku bermimpi melihat wajahmu namun tak tau sedikitpun siapa namamu. Aku juga selalu berdoa disetiap sujud malamku. Tuk memohon petunjuk tuk didekatkan jodoh dan permudahkan segala urusan.
Dua tahun lalu kita tak saling mengenal namun mengapa dipersatukan. Meski tak ada doa yang terkait dengan namamu namun mengapa kau yang ditemukan dan didekatkan untuk menjadi makmumku.
Banyak hati namun silih berganti mencari tempat untuk berlabuh yang abadi. Banyak cinta dan rasa yang dihimpun namun hilang begitu saja seperti debu yang dihempas angin maupun ombak.
Mungkin tujuan bukan pilihan melainkan hati dan ketulusan yang menitikkan untuk menemukan cinta yang hakiki. Pun manusia hanya berkeinginan dan berusaha tapi ada yang lebih tahu jawaban doa dan akhir yang terbaik untuk hamba-Nya.
Karena sebagaimana rizekeki, jodoh, dan maut bagai tamu tak diundang yang datang tanpa diduga.
Sementara aku mengira dengan si ini si itu bahagia. Namun semua itu hanya kamuflase. Seperti cangkir emas yang berisi air cuka. Hanya melihat dengan mata. Padahal jelas meski gelas biasa tapi berisi madu. Itulah penglihatan manusia jika melihat seseorang dengan hati. Bukan dengan akal dan nafsunya. Yang melihat indah dari luarnya saja.