Pada siapa lagi meminta tolong kadang ke tetangga pinjam uang dikasih tidak tapi di omong-omongin mahiya, tak heran bila banyak yang terlilit hutang dan mengalami kesulitan hidup.
Sebenarnya hutang itu baik jika seperti digunakan untuk usaha atau bisnis, tapi terkadang hutang itu digunakan untuk yang bersifat konsumtif dan untuk gaya hidup.
Kalau bahasa agama itu rezeki sudah ada yang ngatur rezeki tidak akan tertukar kadangkala orang yang pintar matematika atau pintar ekonomi hidupnya biasa-biasa saja. Pendapatannya kurang bahkan ada yang miskin sebaliknya ada pula orang yang tidak pintar-pintar amat tapi rezekinya melimpah dan Justru mempekerjakan orang pintar untuknya. itu berarti dapat disimpulkan Rezeki itu yang memberikan adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala Jadi tergantung Allah Terserah Allah yang menghendaki mengenai rezeki bukan hasil usaha atau kerja keras atau kepintaran manusia itu sendiri. disisi lain memang bila kita ingin menguasai dunia maka dengan ilmu, Siapa yang ingin menguasai akhirat adalah dengan ilmu dan Siapa yang ingin menguasai keduanya maka dengan ilmu pula. Jadi menuntut Ilmu juga sebagai ikhtiar kita agar mendapatkan keterampilan atau skill yang akan berguna dalam bekerja tetapi bahaya bila kita bergantung dan mengandalkan ilmu atau kemampuan kita. Karena yang benar adalah masalah rezeki hanya bergantung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.