Saat saya masih kecil dikampung belum mengenal yang namanya penambangan batu di gunung melainkan hanya mengambil atau memanfaatkan sungai dalam mengambil pasir atau batu untuk membangun rumah. Bahkan sebelum ada pabrik semen bangunan rumah dahulu terbuat dari tanah liat saya menyebutnya lelamer dan batu bata merah serta sejenis kapur yang berwarna putih untuk melapisi tembok.
Masih cerita masa kecil, dulu saya amat senang melihat alat excafator atau beko karena dulu masih jarang. sehingga setiap kali melihat menjadi tontonan baru. Namun dibalik kebahagiaan itu ternyata sebaliknya, alat tersebut yang akan merusak dan melenyapkan gunung-gunung yang ada diseketiar kampung. Meskipun ada hasil dari tambang batu tersebut tetapi tetap akan menimbulkan hal buruk bagi lingkungan seperti banjir, kekurangan oksigen, polusi udara, dan yang biasa menanam atau bertani di tegal sudah tak bisa lagi. Selain itu dampak pengangkutan material menimbulkan debu dan kotor di jalanan.
Masih dengan batu tetapi batu kali ini adalah yang sangat melimpah di daerah kalimantan timur dan sumatera selatan atau daerah lainnya di Indonesia yaitu batu bara. Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah termasuk memiliki cadangan 160 milar ton yang belum dieksplor. batu bara dapat digunakan untuk bahan bakar selain solar. Namun meskipun jumlah produksi mencapai 300 juta ton pertahun indonesia hanya memakai 10 persen untuk digunakan sebagai energi dalam negeri sedangkan yang 90 persen lebih untuk diekspor keluar negeri. Meskipun banyak keuntungan yang dihasilkan dari batu bara tetapi tetap saja akan ada resiko bagi lingkungan dan mahluk hidup disekitarnya termasuk manusia. seperti debu atau abu hitam yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian karena menimbulkan paru-paru hitam. Apalagi yang tinggal di dekat pabrik akan terkena radiasi dan racun lingkungan.
