Dua hal menurut hemat saya dalam hidup ini yakni mana yang harus dilupakan dan mana yang harus diingat.
Dalam budaya sekarang apalagi dizaman modern dan teknologi canggih saat ini, jadi segalanya harus dengan bukti. Misalkan saat membantu orang lain kayak ngasih sembako, ngasih bantuan harus difoto, divideo dan disebarkan di medsos, sehingga dapat dilihat dan diketahui oleh khalayak.
Banyak orang yang ingin viral atau terkenal dan ingin sekali diingat oleh orang lain tentang kebaikan atau jasanya. Padahal justru yang seharusnya itu adalah sebaliknya. Saat kita berbuat baik terhadap siapapun, itu yang tak perlu diingat-ingat. Apalagi sampai diumumkan dan disebarkan yang mengakibatkan timbulnya ria. Memang ada yang mengatakan agar menularkan dan mencontohkan sifat atau perbuatan baik tersebut pada orang lain. Tetapi idealnya jika apa yang kita perbuat adalah ikhlas maka cukuplah Allah yang mengetahui dan mendengar.
Bahanya mengingat kebaikan kita pada orang lain adalah dikhawatirkan akan berharap pamrih. Maka jelas kalau bisa, lupakan semua kebaikan kita. Hilangkan ingatan kita tentang kebaikan yang pernah kita perbuat. Lalu mengapa jika orang lain yang berbuat baik kita harus terus mengingatnya. Demikian lah seharusnya jika bisa sampai matipun tak boleh melupakan seseorang yang pernah menolong, membantu dan berbuat baik pada kita. Syukur-syukur bila kita mampu diwaktu yang tepat dapat membalas kebaikan yang mereka berikan kepada kita. Maka timbul pertanyaan antara orang yang memusuhi dan berbuat baik mana yang membuat kita menjadi beban? jawabannya adalah justru yang berbuat baik. Mengapa demikian? karena orang yang berbuat baik itu harus kita balas dengan kebaikan pula, sedang orang yang berbuat jahat atau musuh itu kita tidak memiliki kewajiban untuk membalasnya dalam bentuk apapun. Dalam istilah lain bisa disebut balas jasa. Sebagai mana ada pribahasa air susu dibalas dengan air tuba. Atau saat buah mangga di lempar dengan batu justru membalasnya dengan buah mangganya.
Dari pernyataan tersebut bisa dipersingkat bahwa lupakan semua orang yang berbuat jahat, atau berbuat kesalahan terhadapmu (maafkan), dan ingat selalu jasa seseorang yang pernah menolong atau membantumu. Rasanya itu bisa menjadi terapi agar hidup menjadi tentram.
