
Catatan kecil Antara Industri dan Kehidupan warga di Bojonegara Puloampel Serang Banten
Debu bukan lagi sekadar kotoran jalanan. Ia kini menjadi menu sarapan setiap hari bagi warga Bojonegara–Puloampel. Setiap pagi, siang, dan malam, butiran halus itu beterbangan dari truk pengangkut batu dan tanah merah yang melintas tanpa henti. Daerah ini memang sibuk—pusat industri, tambang, dan perputaran uang. Tapi ironisnya, masyarakat yang tinggal di jantung kawasan ini tak selalu ikut menikmati manisnya pembangunan.
Katanya di sini banyak “tambang emas”. Tapi emas itu bukan logam, melainkan batu. Gunung-gunung yang dulu megah kini terkikis pelan-pelan, digerogoti kerakusan manusia. Satu per satu habis dikeruk, hingga mungkin nanti anak cucu kita tak lagi melihat gunung di Bojonegara–Puloampel, hanya tanah datar penuh debu dan sisa alat berat.
Sumber debu berasal dari tanah merah yang menempel di roda kendaraan industri. Ketika melintas, kotoran itu bertebaran di jalan dan mengering, kemudian terbawa angin ke rumah warga. Pohon-pohon ditebang, udara semakin panas, air berubah warna, ikan mati di muara, dan laut tercemar limbah yang kerap dibuang diam-diam pada malam hari. Tak heran jika banyak warga mulai terbiasa memakai masker bukan karena pandemi, melainkan karena udara yang kotor dan berdebu.

