Sampai Kapan Sarapan Debu

Namun masih ada oase kecil: Gunung Santri. Tempat ziarah ini menjadi napas spiritual masyarakat. Dari sanalah banyak warga mendapat rezeki halal, membangun masjid, dan menggerakkan kegiatan sosial. Di tengah kerasnya industri dan polusi, Gunung Santri menjadi simbol bahwa kesucian dan kebaikan masih ada.

Namun tekanan hidup kian berat. Lapangan kerja terbatas, kesempatan lebih banyak diberikan kepada pekerja luar daerah. Muncul rasa ketidakadilan dan kecemburuan sosial. Semua ini jangan sampai menjadi permainan sepihak, di mana segelintir orang untung besar sementara warga sekitar menanggung kerugian.

Daerah industri seperti Bojonegara–Puloampel jelas memberi sumbangsih besar kepada pemerintah—baik dari pajak, investasi, maupun perputaran ekonomi. Karena itu, sudah seharusnya pemerintah hadir dan memberi solusi nyata. Dengarkan aspirasi warga, jangan hanya laporan dari perusahaan. Setidaknya berikan kompensasi, insentif, atau peluang kerja prioritas bagi masyarakat lokal. Jangan biarkan industri hanya mengeruk keuntungan untuk kepentingan segelintir pihak, sementara rakyat setempat terus hidup dalam polusi, kebisingan, dan ketakutan di jalan raya.

One thought on “Sampai Kapan Sarapan Debu”

  1. It’s heartbreaking to hear about the daily dust exposure in Bojonegara–Puloampel; it’s a serious health concern for residents. I was reading about similar environmental impact assessments on https://seed3d.ai and found some related data on particulate matter.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow by Email
Instagram
Telegram
WhatsApp
FbMessenger
URL has been copied successfully!