Potret Pilu di Lampu Merah Kota

ilustrasi gambar seorang ibu menggendonng balita dilampu
merah untuk mengemis (dibuat hasil ia)

Di tengah panas dan debu yang membubung, seorang ibu menggendong balitanya yang belum genap dua tahun. Bocah itu tertawa kecil, bercanda, seolah belum mengenal kerasnya dunia yang sedang ia masuki. Sang ibu berdiri di antara deru kendaraan, menunggu detik-detik ketika lampu merah menyala—saat di mana harapan untuk mendapatkan sesuap nasi muncul.

Dengan kotak kardus kecil, ia bernyanyi lirih. Terkadang ia berjalan berdampingan dengan manusia “silver” yang mematung tiga puluh detik demi selembar uang receh. Rutinitas itu ia ulangi puluhan—bahkan ratusan—kali setiap hari. Semua untuk makan. Semua untuk mempertahankan hidup.

Padahal ini terjadi di pusat kota, di bawah pandangan para pejabat, dinas sosial, dan pihak-pihak yang seharusnya peduli. Tetapi banyak yang justru memilih cuci tangan. Tak ada gebrakan yang benar-benar tepat sasaran. Bantuan untuk rakyat entah kemana, hilang entah di tikungan mana. Dari presiden ganti presiden, pejabat ganti pejabat, realitas ketidakadilan ini tak kunjung berubah.
Lalu sesungguhnya ini tanggung jawab siapa?

Sampai Kapan Sarapan Debu

Catatan kecil Antara Industri dan Kehidupan warga di Bojonegara Puloampel Serang Banten

Debu bukan lagi sekadar kotoran jalanan. Ia kini menjadi menu sarapan setiap hari bagi warga Bojonegara–Puloampel. Setiap pagi, siang, dan malam, butiran halus itu beterbangan dari truk pengangkut batu dan tanah merah yang melintas tanpa henti. Daerah ini memang sibuk—pusat industri, tambang, dan perputaran uang. Tapi ironisnya, masyarakat yang tinggal di jantung kawasan ini tak selalu ikut menikmati manisnya pembangunan.

Katanya di sini banyak “tambang emas”. Tapi emas itu bukan logam, melainkan batu. Gunung-gunung yang dulu megah kini terkikis pelan-pelan, digerogoti kerakusan manusia. Satu per satu habis dikeruk, hingga mungkin nanti anak cucu kita tak lagi melihat gunung di Bojonegara–Puloampel, hanya tanah datar penuh debu dan sisa alat berat.

Sumber debu berasal dari tanah merah yang menempel di roda kendaraan industri. Ketika melintas, kotoran itu bertebaran di jalan dan mengering, kemudian terbawa angin ke rumah warga. Pohon-pohon ditebang, udara semakin panas, air berubah warna, ikan mati di muara, dan laut tercemar limbah yang kerap dibuang diam-diam pada malam hari. Tak heran jika banyak warga mulai terbiasa memakai masker bukan karena pandemi, melainkan karena udara yang kotor dan berdebu.

Figur dan Teknologi

Setiap masa dan perubahan zaman selalu membawa dampak positif maupun negatif. Teknologi adalah salah satu bentuk kemajuan yang patut diapresiasi. Semua itu merupakan anugerah sekaligus hasil kerja keras para penciptanya. Salah satu contoh nyata adalah hadirnya gadget atau handphone (HP) yang hampir setiap saat kita gunakan. Kini, kita seolah tidak bisa lepas dari HP, sebab selain sebagai alat komunikasi, HP juga menjadi bagian penting dari pekerjaan — seperti membuat konten, berjualan online, mengirim dokumen, atau bahkan bagi sebagian orang, bermain HP sudah menjadi kegiatan utama sehari-hari.

HP memang seperti sesuatu yang mampu “menyihir” kita hingga tanpa sadar menyita banyak waktu. Bahkan saat awalnya tidak berniat membuka HP, sering kali kita terjebak berjam-jam hanya untuk scrolling media sosial. Kita begitu asyik hingga tidak sadar bahwa waktu, tenaga, pikiran, dan uang terbuang sia-sia setiap harinya. Membatasi penggunaan HP bukan hal mudah — dibutuhkan komitmen dan kesadaran tinggi untuk melakukannya.

Tips Bercerita Lewat Tulisan

Begitu beragam kisah dan cerita kehidupan setiap individu. Entah itu cerita suka maupun duka, keberhasilan maupun kegagalan—semuanya memiliki keunikan dan makna tersendiri.

Dari keberagaman itu, penting bagi kita untuk saling bertukar cerita. Karena melalui pengalaman, pengetahuan, dan bahkan keterbatasan masing-masing, kita bisa saling belajar, mengikuti, dan meneladani kisah terbaik yang pernah dialami orang lain.

Salah satu cara untuk berbagi cerita adalah melalui tulisan. Dengan menulis, kita bisa menyampaikan gagasan, ide, atau opini kapan saja. Tulisan menjadi wadah untuk menyalurkan isi pikiran secara utuh, tanpa batas waktu dan ruang.

Namun pada kenyataannya, menulis tidak semudah berbicara. Banyak orang yang pandai berdebat, berdiskusi, dan mengutarakan pendapat secara lisan, namun kesulitan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Akibatnya, banyak pesan berharga yang hilang begitu saja—terbawa angin, lenyap tanpa jejak.

Padahal menulis adalah keterampilan yang bisa dilatih. Tidak ada yang langsung mahir. Bahkan seseorang yang ahli di bidangnya pun akan kehilangan kesempatan berbagi jika tidak pernah mencatat atau menyusun buah pikirannya dalam sebuah karya, entah itu artikel, esai, atau buku.

Kapan Siap Menulis?

Kapan terakhir kali anda menulis ? kapan terakhir kali anda bercerita, bertemu saling curhat bahkan menasehati teman atau mendapat pesan penting dari orang lain.

Sebenarnya bukan tidak bisa bukan karena tidak ada waktu, melainkan tidak ada niat untuk mau menulis. Pada dasarnya setiap orang adalah pembaca setia atau bisa menulis lebih dari seratus kata setiap harinya. Tapi sayangnya kebiasaan tersebut hanya saat mengirim atau membaca pesan chat atau whatsapp saja. Mungkin juga jari jemari terutama kedua jari jempol kita amat pandai mengetik atau mengetik di layar handphone setiap hari bahkan setiap saat.

Bisa jadi kita juga gemar membaca, bahkan baru bagun tidurpun selalu mengecek chat masuk atau saat scroll medsos misalnya. Jadi aktivitas membaca dan menulis itu sudah menjadi kebiasaan yang tak bisa terhindarkan hanya saja kita tinggal mengalihkan kebiasaan tersebut pada media yang tepat agar bisa berkarya dan produktif. Misalnya menuliskannya di buku diary., menulis di laptop atau mulai mengetik beberapa paragraf di aplikasi handphone (note).

Penulis: Kaya Dalam Keabadian

 

Gambar menulis dikutip dari: https://www.ikapi.org

Rasanya saya belum pernah dengar kata-kata dari tokoh penulis yang menggembar-gemborkan nulis itu jadi kaya. Meskipun banyak penulis yang bisa mendapat banyak uang dan dari hasil menulis.

Mungkin ada juga menjadi penulis sebagai peluang untuk mendapat cuan atau sebuah industri. Tapi apakah tiap penulis bisa sukses semua.

Misalnya dengan banyaknya karya atau bukunya yang berhasil terbit dan dicetak berkali-kali berjuta-juta eksemplar. Apakah setelah melewati itu akan mendatangkan kebahagiaan? Apalagi tokoh-tokoh terdahulu yang karya-karyanya dicari, diburu, dan dibaca oleh ribuan dan jutaan orang, hingga saat ini dan yang akan datang.

Menurut saya, mungkin terlalu rendah bila kita menulis atau berprofesi sebagai penulis hanya berharap dapat uang. Ya, memang tidak munafik, siapakah yang tidak butuh uang. Tapi coba pikirkan kembali bahwa menulis itu lebih dari sekedar mencari uang, cari kekayaan, atau popularitas. Bagaimana untuk sampai pada pandangan yang lebih tinggi levelnya atau kedudukannya. Karena kata Pramoedya Ananta Toer “Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Ia juga mengatakan bahwa “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.

Fokus Pada Tujuan

Banyak energi yang tidak kita sadari keluar percuma, banyak waktu yang terlewat dan banyak kesempatan yang tak bisa kita manfaatkan karena kurang fokus pada tujuan. Bahkan ketika kita belanja di supermarket ketiak tiba di kasir mau membayar barang yang kita ambil masih ambigu ketika kasir menawarkan beberapa produk, yang awalnya tidak ingin membeli malah membelinya apalagi diiming-imingi dengan banyak diskon.

Ada juga ketika kita buka laptop ingin menulis, ingin berkarya tetapi malah kita enak-nekan berselancar di google atau di media sosia atau menikmati tayangan yang ada di youtube, akhirnya kita sudah tidak bergairah lagi untuk menulis.

Berarti niat dan tujuan itu sangat penting dan harus diutamakan. Karena kebiasaan yang kurang baik ini dapat mempengaruhi cepat dan tidaknya tujuan kita tercapai. Banyak orang yang ingin sukses, banyak orang yang ingin gapai keinginan atau cita-citanya tapi sering lupa untuk tetap fokus pada tujuan.

“Hidup ini singkat. Fokus pada apa yang penting dan lepaskan apa yang tidak penting.”

Palsu

Bila sesuatu hal palsu berarti pasti ada aslinya. Sebagaimana bila seseorang berbohong berarti ada sesuatu kebenaran yang tak mau diungkap. Pada dasarnya semua sesuatu ingin mendapat falidasi, terlepas benar atau salah, asli atau palsu.

Sesuatu yang berbentuk fisik maupun non fisik kebenarannya perlu diuji. Karena pada realitanya banyak yang jauh dari fakta. Seperti pribahasa mengatakan “tong kosong nyaring bunyinya.”

“Setiap aksi pasti ada reaksi”. Kata Newton. Setiap kebenaran atau keaslian pasti harus dibuktikan. Entah itu perkataan, misalnya kata sayang pada kekasihnya, cinta pada agama, atau taqwa atau iman terhadap Tuhannya.

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji?”. QS. Al-Ankabut: 2

Termasuk gelar seseorang, baik itu gelar akademisi maupun non akademisi. kata Rocky Gerung ijazah itu bukan menandakan seseorang belajar atau berpikir melainkan hanya tanda bahwa seseorang pernah sekolah.

Misalnya seorang siswa atau seorang pelajar dalam nilai raportnya mendapat peringkat di kelasnya, tapi itu bisa kita telusuri atau bisa Kita uji kebenarannya. Terutama dalam proses mendapatkan nilai tersebut. Apakah dia benar-benar mengerjakan soal dengan tidak mencontek, ataukah benar-benar Dia belajar dengan tekun atau nilai tersebut hanya karena cuma cuma bukan hasil pemikiran atau hasil pribadi siswa tersebut.

Jangan Berpikir Hidup itu Simpel

Jangan berpikir hidup itu sederhana. Karena pada realitanya sangat kompleks. Banyak problem, penuh tantangan dan harus banyak belajar sabar.

Setiap orang pasti memiliki masalahnya masing-masing, begitu pun dengan cara dan kekuatan dalam memberi solusi untuk menghadapinya.

Kadang hidup ini aneh, sering terlihat tidak adil. Misalkan melihat sebagian orang bisa bahagia, keluarga lengkap sempurna, enak makan, jalan-jalan keluar negri bulak balik umroh. Tapi disisi lain masih banyak orang yang menahan lapar alias tidak bisa makan, miskin, tidak berkembang, kumuh, kriminal.

Ada yang mendapatkan akses bekerja dengan mudah dengan gaji besar, namun tak bisa menutup mata juga melihat pengangguran dan PHK dimana-mana. Sulit cari kerja sampai putus asa.

Setiap orang pernah mengalami rasa sulitnya, rasa pedihnya, rasa laparnya, rasa takutnya, rasa runtuhnya, rasa patahnya, dan demikian ada yang bisa melewatinya dan ada yang berputar ditempat atau bahkan bisa melebihi dan maju dengan pesat kualitas hidupnya.

Selamat Tinggal 2024

Rasanya 2024 itu kemarin terasa cepat berlalu. Kini sudah mau menginjak di tahun baru 2025. Sejenak kita berpikir, apa saja yang telah dilalui, apa saja yang telah dikerjakan dan direncanakan, apakah jauh dari harapan atau  meleset dari apa yang ditargetkan. Tentu beragam jawaban dari pertanyaan itu. Terkait siapa diri kita ini, mengemban amanah apa, berperan sebagai apa tentu ada tingkat kesulitan dan tantangan yang berbeda pula. Namun jika bisa disimpulkan inilah akhir dari semua apa yang telah kita lalui. Semua kesulitan semua kemudahan, kegagalan dan keberhasilan kita bisa ukur dari akhir tahun ini menjadi bahan koreksi atau evaluasi untuk tahun 2025 kededepan.

Entah itu tentang target yang belum tercapai, kerugian dan kegagalan dalam bisnis maupun dalam romantika kehidupan rumah tangga maupun kehidupan sosial yang kadang-kadang membuat kita mengelus dada. Kadang ada ujian atau cobaan yang datangnya tidak konfirmasi atau juga kejutan yang indah yang terus kita rasakan sampai kita lupa dengan semua anugerah yang diberikan oleh Allah kepada kita. Seperti badan yang sehat, keluarga yang lengkap, dan pencapaian-pencapain kehidupan yang lainnya.

Kaki Tiga

Makhluk apa yang kakinya tiga?, tentu tidak ada atau mungkin pas tebak-tebakan waktu kecil hewan apa yang kakinya tiga?, yaitu anjing lagi kencing hehe. Mengenai kaki tiga ini juga bukan membahas tentang salah satu merek minuman yang terkenal di Indonesia, yang sering dikonsumsi dan ada di lemari atau kulkas setiap warung atau di rumah.
Ini adalah tentang manajemen keuangan. Sebenarnya saya tidak sengaja mendengar motivator yakni Tung Desem Waringin. Beliau mengatakan bahwa untuk bisa menopang kebutuhan hidup itu tidak mesti hanya dari satu penghasilan atau satu sumber pendapatan, tetapi berusahalah agar memiliki lebih dari satu pendapatan atau pekerjaan. Dengan demikian kita seperti duduk pada kursi yang kakinya bukan hanya satu atau dua, tetapi lebih dari itu sehingga saat kakinya yang satu terputus atau patah masih ada kaki yang lain. Begitu pula saat pekerjaan yang kita harapkan mendapat penghasilan tapi pada saat tertentu mengalami kendala dan kita tidak ada yang bisa diharapkan karena kita hanya memiliki satu sumber penghasilan. Berbeda bila kita memiliki banyak kerjaan sampingan. Setidaknya kita masih bisa tenang bisa menjadi solusi bila pendapatan yang satu terkendala masih ada pendapatan lain.

Sadar Diri

Yang paling mudah itu melihat rumput tetangga, karena itu jadi lupa melihat rumput halaman rumah sendiri. Paling mudah melihat apa yang nampak dari orang lain, baik pekerjaan, perbuatan sikap maupun segala apa yang cenderung orang lain perbuat. 

Dengan sibuknya memikirkan dan terus nyinyir pada orang lain sehingga lupa pada diri sendiri. Senang sekali rasanya melihat dan mengkritik kesalahan orang lain. Padahal diri sendiri saja berlumur dosa, banyak kekurangan dan kesalahan. Ada kalanya harus diam saja daripada kesalahan berkali-kali saat menunjuk kesalahan orang lain.

Seperti belek yang ada di pojok mata kita tidak terlihat kecuali dengan cara meminta pendapat atau ngaca sendiri. Jadi ngaca sendiri sepertinya sama dengan sadar diri. Yakni menyadari semua apa adanya tentang diri sendiri. Introspeksi diri itu penting bukan agar tahu kesalahan diri, tapi agar mampu mengerti dan menerima diri sendiri apa adanya. Maka ada baiknya Menempatkan diri pada keadaan rendah diri agar jauh dari kata merasa tinggi dan sombong. Karena tidak ada manusia yang paling sempurna dan tidak ada manusia yang paling suci.  

Pekerjaan

Pekerjaan apapun bila selama itu halal adalah mulia. Dengan bekerja kita mendapatkan penghasilan atau mendapatkan uang. Bekerja mencari nafkah adalah kewajiban bagi seorang laki-laki, seorang suami, atau selaku orang tua untuk anak-anaknya dan keluarganya.

Sejak sekolah di cetak, dididik, diberikan ilmu dan keterampilan semata-mata agar membuat cerdas agar bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, yang sesuai dan mendapatkan kemudahan atau kemungkinan-kemungkinan mendapat posisi dan kedudukan atau pekerjaan yang bagus. Dianggap berhasil dan sukses saat lulus sekolah atau lulus kuliah bisa langsung mendapat pekerjaan dibandingkan lulus langsung nganggur.

Setiap pekerjaan memiliki resiko masing-masing. Ada kalanya pekerjaan itu berhubungan dengan ijazahnya yang kita miliki. Namun ada pula banyak orang yang bekerja bukan pada bidangnya atau berdasarkan keahlian yang tertera di ijazahnya. Karena ijazah itu hanya sebagai tanda kita sekolah bukan belajar berpikir kata Rocky Gerug.

Mendapat pekerjaan adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri. Karena lelahnya bekerja dan segugadang beban tugas dan pekerjaan beserta resikonya itu tidak seperti seseorang yang kesulitan mencari kerja. Kesana kemari tiada hasil, lalu masihkan kita mengeluh bila saat ini kita sudah menikmati dan nyaman ditempat kerja.

Pengen Rasanya

Pengen rasanya belajar. Belajar menjadi orang yang sabar. Pengen rasanya jadi orang yang rendah hati. Pengen rasana iri pada orang lain yang setiap hari selalu rela berbagi dan berbuat kebaikan.

Pengen rasanya belajar dari kesalahan dan tak mengulang atau jatuh pada lubang yang sama. Pengen rasanya bisa menahan emosi, tidak gampang marah atau gampang sedih, gampang galau atau gelisah.

Pengen rasanya memandang seseorang dari sisi kebaikannya, dari kelebihannya atau potensinya. Bukan dari kesalahan tau dari kekurangannya. Pengen rasanya bisa menjahit mulut ini yang suka julid sama orang lain. Pengen rasanya perbanyak ibadah, perbanyak menolong orang, berpikir positif dan semangat untuk mengabdi dan melayani orang lain.

Pengen rasanya belajar. Belajar mengaplikasikan ilmu padi. Pengen rasanya punya semangat yang tinggi untuk mencari ilmu. Andaikan diri ini memiliki ilmu yang tinggi, jangan sampai merasa sombong, takabur apalagi menusuk hati orang lain dengan kata-kata yang kotor.

Sesulit itukah untuk bisa belajar tentang semua itu. Pengen rasanya membuang sifat ego dan tidak ingin benar dan menang sendiri. Pengen rasanya bisa mendengarkan cerita atau pendapat orang lain tanpa menyela atau memotong pembicaraan atau mematahkan pendapat lawan.

Kurangi Sampah Dipikiranmu

Sampah adalah sesuatu yang tidak terpakai atau limbah. Yang bila tidak dibuag atau disimpan dirumah akan menumpuk dan akan menjadi penyakit serta mengganggu kebersihan lingkungan dirumahnya. Maka siapa yang menyimpan sampah berarti sama saja mengundang penyakit serta menyimpan sesuatu yang kurang bermanfaat dan memenuhi atau membuat sesak suatu tempat atau rumah kita.

Bagaiamana dengan pikiran-pikiran kita yang kurang bermanfaat. Pikiran tentang masa depan yang kurang pasti, pikiran tentang yang kurang baik, jorok dan pikiran licik serta kurang mulia, tidak sesuai norma dan tidak mengutamakan kebaikan-kebaikan yang semestinya.

Kekuatan pikiran sangat luar biasa karena hidup kita bergantung pada apa yang dipikirkan. Pikiran yang tenang adalah sumber kebijaksanaan.

Pikiran berarti kehidupan karena mereka yang tidak berpikir tidaklah hidup. Secara kiasan maupun sesungguhnya, berpikir adalah hal yang membedakan manusia.” – A Bronson Alcott

Bagaimana kita bisa berpikir jernih ketika pikiran kita sendiri dipenuhi dengan hal-hal yang kurang baik, maka seuai dengan judul tulisan ini, saatnya kita harus mengurangi dan menghapus pikiran-pikran sampah. Karena bagaimanapun apa yang terjadi adalah karena apa yang kita pikirkan. Pikiran sangat mempegaruhi apa yang akan terjadi. Tetapi kurang baik pula jika kita memikirkan sesuatu yang tidak pasti seperti pusing memikirkan masa depan sedangkan kita hari ini hanya leha-leha suka menyia-nyiakan waktu. Maka manfaatkan selagi ada waktu, pikiran masih fress umur masih muda dan masih ada waktu luang sebelum datang waktu sempit.

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Jangan pernah marahnya jika cintamu bertepuk sebelah tangan, Perjuanganmu mungkin belum seberapa. Tetapi jika kamu benar-benar menginginkan seseorang idaman seperti apa yang kamu harapkan.

Jangan cemas dengan cinta yang tak pernah direspon atau ditolak, karena penolakan itu mungkin belum siap atau memang dia tidak menyukaimu. Atau bahkan belum kenal maka belum sayang.

Banyaksih yang baru berusaha PDKT tetapi sudah menuai kekecewaan ketika orang yang kamu sukai bersama orang lain. Padahal dia bukan siapa-siapa kamu. Itulah rasanya mencintai tanpa dicintai, mengagumi tapi tak bisa memiliki. Hanya memendam rasa itu tidak enak, tetapi jika mengungkpakan rasa yang ada didalam hati yang juga sadar diri keadaan diri ini seperti apa.. kadang merasa antara bumi dan laingit.

Tapi jangan patah semangat yah untuk mendapatkan dia. Karena cinta itu tidak memandang fisik, umur, ataupun kedudukan. Karena cinta yang tulus itu tanpa syarat. Adasih yang gampang jadian tapa perjuangan tapi biasnya yang kaya gitu cepet juga putus atau pisahnya.

Dosa

Dosa itu tidak memandang dosa bosar atau dosa kecil. Dosa ya tetap dosa. dan kata Imam Ghazali sesuatu hal yang sangat mudah dilakukan adalah berbuat dosa. Begitu sulit bagaimana kita menjaga dalam sehari semalam agar tidak berbuat dosa. Mungkin bahasan kali ini terlalu berat tetapi bagaimanapun ini harus dijadikan pedoman hidup kita. Dan menjadi peringatan bagi kita semua.

Siapa didunia ini yang tidka pernah berbuat dosa, tentu pasti masing-masing memiliki kesalahan ataupun dosa. Tetapi mengapa kita masih sempat mengumpat, masih sempat menggibah atau membuka aib orang lain. Sok suci, sok benar dan sok sempurnakah diri kita?

Tidak ada manusia suci kecuali Nabi, tidak ada yang luput dari dosa. Dan kalaupun kita dipandang baik, dipandang sempurna, dipandang paling tinggi kedudukannya adalah semata-mata karena Allah masih menutupi aib kita. Sebenarnya kita adalah manusia yang lemah, Annisa:28. Tetapi kenanapa masih banyak orang yang congkak. Baru dikasih sedikit nikmat saja sudah merasa paling dan paling sempurna hidupnya, dan memandang orang lain tidak penting ataupun rendah. Benar kata Imam Ghazali yang sering dilupakan itu bersyukur.

Pemimpin dan Pelayan

Orang-orang yang kreatif terlahir dari sebuah keadaan yang memaksanya untuk kreatif. Tetapi seseorang tidak akan kreatif tanpa adanya produktifitas. Hanya omongan hanya perkataan bahkan hanya doa tanpa usaha tidak akan menghasilkan sesuatu apapun.

Orang yang banyak berbuat, banyak berkarya disitulah akan ada perubahan, baik perubahan itu yang dimulai dari perubahan kecil dan sepele. Seseorang yang menekuni dibidang tertentu dengan fokus dan secara terus menerus dengan penuh kesabaran dan terus menekuni bidang tersebut maka lambat laun dia akan menjadi ahli dibidangnya.

Pendidikan itu terkait bukan karena ijazahnya melainkan karena memang keahlian dan sisi otaknya. Tetapi apapun yang dilakukan seseorang asalkan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. maka hal itu lebih berharga dibandingkan memiliki ilmu atau jabatan atau segala hal yang berharga didunia ini.

Bukan karena seberapa ahlinya kita atau seberapa cerdas dan seberapa tinggi ilmu yang kita miliki. melainkan seberapa besar memberikan dampak atau manfaat bagi orang lain.

Rokok

Hanya lima persen didunia ini yang tidak merokok. Sumbernya dari video tiktok. Termasuk saya sendiri. Apakah harus membenci si perokok, karena asapnya membuat penyakit, membuat sesak dan pencemaran udara. Jangankan sebagai pribadi membenci atau menegur orang yang lagi merokok lagipula seakan akan yang tidak merokok yang menghargai yang merokok.

Kadang kebiasaan itu menjadi pembenaran, meskipun diketahui kerugian dan permsalahan karena rokok. Tetapi justru lebih melihat dampak yang lebih besar bila mana misalkan pabrik rokok ditutup, akan terputus dan matinya ekonomi di negara ini, misalnya dari segi pendapatan pajak dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Memang yang paling cepat jika berjualan adalah jualan rokok, banyak penyerapannya baik dimasyarakat kecil meupun menegah kebahwah. Perushaan iklan maupun media televisi juga banyak sekali yang menayangkan iklan tetang rokok meskipun tidak terlihat jelas diiklannya terdapat orang yang lagi merokok.

ROBERT Budi Hartono, orang terkaya di Republik ini yang merupakan pemilik produsen rokok Djarum, tidak merokok. Demikian pula pemilik Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo, yang merupakan orang terkaya ke-14 di Indonesia. Alasan mereka sederhana: rokok berbahaya bagi kesehatan, sebagaimana tercantum pada kemasannya.1

Suasana Hatimu

Membangun suasana hati itu tidak mudah, karena keadaan disekitarmu berubah-ubah. Entah itu karena dimarahin guru, bos, suami, istri atau dimarahin orang tua. Atau ditinggal pas sayang-sayangnya. Ada hal-hal yang membuat kesal ada pula yang tidak disangka memberikan kejutan-kejutan indah dalam hidup kita.

Gak mungkin namanya hidup itu mulus-mulus aja, pasti ada cobaan, ujian ataupun masalah-masalah lainnya. Tetapi dengan hal itu kita bisa banyak belajar, baik itu belajar lewat pengalaman maupun memang belajar untuk mempersiapkan masa depan.

Tetapi hal yang terpenting bagaimana kita bisa membalik dari keadaan badmood menjadi good mood, dari keadaan tidak baik menjadi baik, dari keadaan negatif menjadi positif. banyak hal yang bisa kita lakukan asalkan ada kemauan.

Setiap orang punya cara masing-masing untuk menenangkan dirinya. Ada yang dengan cara mendengarkan musik hatinya jadi tenang, ada juga yang dengan cara dengerin lantunan alqur’an ada pula dengan mengobrol, curhat dengan teman atau ada juga yang dengan berzkir dan solat hatinya menjadi tentram. Jadi sesuaikan saja dengan diri sendiri mana yang kira-kita dapat mengembalikan mood mu menjadi baik.

Follow by Email
Instagram
Telegram
WhatsApp
FbMessenger
URL has been copied successfully!